Bagi penggemar lagu the beatles, inilah film yang dinanti-anti, dengan gaya msic for film beragam lagu lagu pilihan the beatles tersaji dengan gaya baru tapi tetap menyentuh, bahkan begi yang belum pernah mendegarkan lagu the beatles dapatv dengan mudah menangkap isi film secara keseluruhan. Tiap adegan selalu disisipkan lagu-lagu yang sesuai dengan temanya.
Dalam budaya pop, The Beatles mendapat tempat sangat terhormat, Lagu – lagunya yang sederhana dan senantiasa menyuarakan pesan damai, disukai banyak orang dan dikenang karena tak luntur dimakan jaman. Julie Taymor mungkin termasuk salah satu pengagum The Beatles, sehingga ia mencampur dialog dengan lirik lagu dari supergrup yang dikomandoi John Lennon itu dalam karyanya yang terbaru, Across The Universe.
Maka I Wanna Hold Your Hand, Come Together hingga Let It Be mengalun sebagai bagian dari keluh kesah dan suasana hati dari karakter – karakter di dalam filmnya. Dan mendapatkan momentumnya karena cerita juga mengakar pada semangat perdamaian. Tiga tokoh utamanya digambarkan sebagai anak muda yang percaya bahwa perang bukanlah cara penyelesaian masalah yang baik. Ada Jude (Jim Sturgess) yang menempuh perjalanan jauh demi bertemu ayah yang sebelumnya tak pernah dikenalnya. Jude-lah yang menjadi pengantar cerita dan dituturkan secara unik di opening film (dengan cara menyanyi seperti ini , “ Is there anybody want to hear my story ? ……….”)
Jude bertemu dengan Max (Joe Anderson), tipikal pemuda pemberontak dengan adik yang seorang gadis cantik bernama Lucie (Evan Rachel Wood). Cerita Across The Universe sebenarnya biasa – biasa saja, namun Taymor mampu meramunya dengan pilihan lagu demi lagu yang tepat, koreografi yang memukau hingga ke pencapaian artistik yang gila – gilaan. Saya mencoba menyamakan film ini dengan Opera Jawa dimana Garin Nugroho dengan brilian menggabung kisah yang sudah dikenal banyak orang dengan berbagai unsur seni, dari tari, musik hingga instalasi yang provokatif. Jujur, saya malah tidak akrab dengan cerita dari Opera Jawa, namun saya mencoba menikmati filmnya sebagai pencapaian baru bagi perfilman nasional saat ini. Sementara dengan Across The Universe, saya merasa lebih relate dengan persoalan – persoalannya, juga dengan lagu – lagunya. Padahal saya bukan pengagum berat The Beatles, sekedar tahu lagu – lagunya, cuma entah kenapa di Across The Universe, Taymor membuat saya lebih paham akan esensi lagu karya Lennon dkk itu. Pun saya tidak hidup di era ketika perang meletus dan semua orang berteriak keras mengutuk peperangan.
Across The Universe menyihir orang – orang seperti saya, yang memang tahu lagu – lagu The Beatles, dan merasakan semangat pemberontakan, semangat muda yang dipunyai Jude, Max dan Lucie. Dan saya pun simpati pada mereka yang berani menjelajahi dunia demi mencari apa yang diinginkannya, seperti pada trio ini. Spirit itu yang saya rasakan mengalir seperti energi positif ke diri saya sepanjang menikmati film berdurasi 133 menit ini. Jadinya memang saya tak begitu peduli pada apa yang akan terjadi pada tokohnya, karena saya dibutakan oleh antara lain kelihaian Taymor mengolah cerita sederhana menjadi sensasi visual menakjubkan. Bayangkan adegan dimana berderet strawberry ditempelkan di dinding dimana masing – masing buahnya meneteskan air yang sepintas seperti darah ! Nuansa absurd mungkin terasa disana, tapi memang jadi sebuah pemandangan menakjubkan bagi saya.
Yang menjadi pertanyaan besar adalah apakah Across The Universe adalah sebuah film yang bagus ? Well, buat saya, maybe this film is not the best, but for sure this is the coolest film I’ve ever seen. Hidup semangat muda !
.::Artikel Menarik Lainnya::.
Dalam budaya pop, The Beatles mendapat tempat sangat terhormat, Lagu – lagunya yang sederhana dan senantiasa menyuarakan pesan damai, disukai banyak orang dan dikenang karena tak luntur dimakan jaman. Julie Taymor mungkin termasuk salah satu pengagum The Beatles, sehingga ia mencampur dialog dengan lirik lagu dari supergrup yang dikomandoi John Lennon itu dalam karyanya yang terbaru, Across The Universe.
Maka I Wanna Hold Your Hand, Come Together hingga Let It Be mengalun sebagai bagian dari keluh kesah dan suasana hati dari karakter – karakter di dalam filmnya. Dan mendapatkan momentumnya karena cerita juga mengakar pada semangat perdamaian. Tiga tokoh utamanya digambarkan sebagai anak muda yang percaya bahwa perang bukanlah cara penyelesaian masalah yang baik. Ada Jude (Jim Sturgess) yang menempuh perjalanan jauh demi bertemu ayah yang sebelumnya tak pernah dikenalnya. Jude-lah yang menjadi pengantar cerita dan dituturkan secara unik di opening film (dengan cara menyanyi seperti ini , “ Is there anybody want to hear my story ? ……….”)
Jude bertemu dengan Max (Joe Anderson), tipikal pemuda pemberontak dengan adik yang seorang gadis cantik bernama Lucie (Evan Rachel Wood). Cerita Across The Universe sebenarnya biasa – biasa saja, namun Taymor mampu meramunya dengan pilihan lagu demi lagu yang tepat, koreografi yang memukau hingga ke pencapaian artistik yang gila – gilaan. Saya mencoba menyamakan film ini dengan Opera Jawa dimana Garin Nugroho dengan brilian menggabung kisah yang sudah dikenal banyak orang dengan berbagai unsur seni, dari tari, musik hingga instalasi yang provokatif. Jujur, saya malah tidak akrab dengan cerita dari Opera Jawa, namun saya mencoba menikmati filmnya sebagai pencapaian baru bagi perfilman nasional saat ini. Sementara dengan Across The Universe, saya merasa lebih relate dengan persoalan – persoalannya, juga dengan lagu – lagunya. Padahal saya bukan pengagum berat The Beatles, sekedar tahu lagu – lagunya, cuma entah kenapa di Across The Universe, Taymor membuat saya lebih paham akan esensi lagu karya Lennon dkk itu. Pun saya tidak hidup di era ketika perang meletus dan semua orang berteriak keras mengutuk peperangan.
Across The Universe menyihir orang – orang seperti saya, yang memang tahu lagu – lagu The Beatles, dan merasakan semangat pemberontakan, semangat muda yang dipunyai Jude, Max dan Lucie. Dan saya pun simpati pada mereka yang berani menjelajahi dunia demi mencari apa yang diinginkannya, seperti pada trio ini. Spirit itu yang saya rasakan mengalir seperti energi positif ke diri saya sepanjang menikmati film berdurasi 133 menit ini. Jadinya memang saya tak begitu peduli pada apa yang akan terjadi pada tokohnya, karena saya dibutakan oleh antara lain kelihaian Taymor mengolah cerita sederhana menjadi sensasi visual menakjubkan. Bayangkan adegan dimana berderet strawberry ditempelkan di dinding dimana masing – masing buahnya meneteskan air yang sepintas seperti darah ! Nuansa absurd mungkin terasa disana, tapi memang jadi sebuah pemandangan menakjubkan bagi saya.
Yang menjadi pertanyaan besar adalah apakah Across The Universe adalah sebuah film yang bagus ? Well, buat saya, maybe this film is not the best, but for sure this is the coolest film I’ve ever seen. Hidup semangat muda !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar