Kamis, 20 Mei 2010

Thank You For Smoking


Bagi anda yang pernah melihat The Insider dan terkesima dibuatnya. Sebuah kisah nyata tentang mantan eksekutif perusahaan rokok besar di Amerika yang mengungkap data rahasia dari tempatnya dulu bekerja. Film yang disutradarai Michael Mann ini boleh dibilang amat menyudutkan perusahaan rokok. Kali ini ada Thank You For Smoking yang dibesut oleh Jason Reitman. Bergenre komedi satir, film ini justru mencoba memperlihatkan “peperangan” dalam porsi yang adil antara perusahaan rokok maupun berbagai pihak yang menentangnya.

Thank You For Smoking diuntungkan oleh skenario brilian buatan Reitman sendiri yang didasarkan pada novel karya Christopher Buckley. Juga menjadi sangat menghibur berkat penampilan menarik dari sejumlah pendukungnya. Barisan aktor tampil memerankan beragam karakter dengan sama baiknya. Dari Aaaron Eckhart, Maria Bello, William H Macy hingga veteran Robert Duvall dan aktor cilik Cameron Bright.

Eckhart menyedot perhatian dengan perannya sebagai Nick Naylor, seorang pelobi dari Academy of Tobacco Studies. Ia tak hanya pintar bicara, namun mampu memanfaatkan beragam situasi, hingga yang menyeretnya ke masalah besar sekalipun, untuk dibalikkannya dengan manis menjadi keuntungan buatnya. Rasanya jika sosok ini hidup di Indonesia, ia akan diburu ratusan head hunter. Naylor tahu betul pekerjaannya dan bagaimana menjalankannya. Bahkan ia pun bisa meyakinkan putranya, Joey (Bright) bahwa ia melakukan pekerjaannya sebaik mungkin, walaupun beresiko dicaci maki, bahkan hingga diancam dibunuh sekalipun.

Untungnya memang, penentang rokok di negara kita belum seradikal rekannya di Amerika. Jika tidak, bisa dibuat pusing. Bayangkan saja, perusahaan rokok sebesar Sampoerna bisa menyedot penjualan hanya dalam tempo 3 bulan sebesar lebih dari 7 trilyun ! Mata saya melotot melihat statistik sejumlah pemain besar di industri rokok tanah air yang mampu mengeruk duit dalam jumlah banyak dari perokok, sebagian diantaranya adalah perokok pemula. Memang telah mulai ada beragam kebijaksanaan yang membatasi rokok untuk beriklan, namun itu bukan berarti keterbatasan bagi perusahaan rokok, justru membuat kreatifitas mereka makin terasah dengan memanfaatkan sejumlah peluang yang selama ini nyaris terabaikan.

Di film ini diperlihatkan bahwa Nick mempunya ide yang dipercayai bosnya sebagai “ide cemerlang”, yakni melakukan product placement di film layar lebar. Saya hampir tersedak dibuatnya, untuk kemudian tersenyum simpul. Rasanya itu sudah dilakukan secara agresif perusahaan rokok disini. Hitung saja ada berapa banyak film per tahunnya yang promosinya didanai perusahaan rokok seperti Sampoerna, Clas Mild hingga Djarum.

Lantas, apakah Thank You For Smoking adalah kampanye terselubung untuk tetap merokok ? Well, Anda sendiri yang mesti menilai. Karena disini Nick pun tak pernah sekalipun mengeluarkan komentar bombastis demi melindungi kliennya. Ia dengan cerdik melontarkan argumen yang tepat sasaran. Dan pada akhirnya toh Nick pun jujur pada dirinya sendiri.

Saya lantas bertepuk tangan ketika film ini usai. Berterima kasih atas padatnya adegan demi adegan yang membuat saya tetap bersemangat mengikuti kisahnya hingga akhir. Juga memuji dialog – dialog cerdas yang mengalir sepanjang film. Untuk digaris bawahi, dialog yang cerdas, bukan dialog yang dibuat agar terdengar cerdas. See what I mean ? Juga atas penampilan luar biasa Eckhart yang membetot perhatian sepanjang film.  Disini ia berpendar bagaikan asap rokok yang menyala di mulut penikmatnya. Terasa nikmat, untuk kemudian terus dinyalakan.
.::Artikel Menarik Lainnya::.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

blogger templates | Make Money Online