Kamis, 20 Mei 2010

Run Lola Run


Kalau anda ingin mencoba sesuatu yang berbeda dari tontonan film biasa maka Run Lola Run akan memberikan menampar anda dengan segala ke"anehannya". Besutan Tom Tykwer ini “menerjang” berbagai pakem yang dianggap telah baku dalam industri perfilman. Lihatlah cara Tykwer mengemas cerita yang amat simpel ini menjadi sebuah film menakjubkan, mencengangkan dengan segala kecerdasannya.

Tykwer memang tak mencoba menawarkan cerita luar biasa disini. Ini hanya sebuah kisah tentang Manni (Moritz Bleibtreu) yang kehilangan uang 100 ribu marks. Sebenarnya bukan kehilangan, tapi kebodohannya-lah yang menyebabkan uang tersebut tertinggal di subway. Dan Manni harus mengganti uang sebanyak itu dalam hitungan kurang dari setengah jam. Jika tidak, nyawanya melayang !

Maka terseretlah Lola (Franka Potente, dengan permainan nan intens dan fisik yang luar biasa mengagumkan) dalam kesulitan Manni. Pria yang telah dipacarinya selama setahun ini harus ditolongnya. Dengan cara apapun. Tak ada apapun yang bisa mengalahkan kegigihan Lola menolong Manni, hanya waktu …..

Dan sepanjang film Lola terus berlari. Ia berlari di tengah sempitnya waktu. Dan Tykwer yang sadar dengan kesederhaan ceritanya membuat serangkaian kejutan. Atas nama takdir dan nasib, Tykwer “mempermainkan” ending filmnya sendiri. Maka Run Lola Run punya 3 ending yang bisa dipilih sendiri sesuka hati. Tykwer memperlihatkan kepada penonton bahwa hanya dengan sedikit “ganjalan” saja yang ditemui Lola dalam perjalanannya membantu Manni, semuanya bisa berubah. Bahkan drastis.

Tykwer juga mencoba “membual” tentang makna cinta dan hidup dari percakapan Manni dan Lola, sebuah pemikiran yang juga sederhana namun berisi juga sebenarnya jika ditelaah dalam – dalam. Siapa yang bisa menjamin seseorang akan setia pada pasangan yang telah sekarat, atau dalam waktu dekat akan meninggal ? Di tengah pacing yang super cepat, musik tekno yang mendentum sepanjang film, selipan animasi dan teknik slow motion yang hadir pada saat tepat, Tykwer juga menyisipkan pelajaran tentang hidup. Hidup yang amat bergantung pada 2 hal : nasib dan takdir.

Dan haruskah kita menyerah pada 2 hal itu ? Saya rasa Tykwer justru memperlihatkan kepada kita bahwa kita-lah yang bisa mengendalikan roda nasib dan lingkaran takdir. Berbuat secuil pun akan menimbulkan efek pada diri, juga kepada orang – orang lain yang mungkin hanya ditemui ketika berpapasan di jalan.

Run Lola Run punya banyak hal yang bisa tetap membuatnya dikenang. Film jenis ini dikenang bukan karena cerita yang menyentuh, tapi cara bercerita yang orisinal. Meski telah cukup banyak menonton film yang (maunya) aneh, saya tetap menganggap Run Lola Run sebagai “film aneh yang dengan caranya sendiri bisa tampil begitu memikat”. Wah, saya sendiri susah mendefinisikan kedahsyatan Run Lola Run. Pengenalan Tykwer pada 3 ending alternatif justru akan membuat penonton berpikir merdeka. Bahwa film, dan berbagai bentuk karya seni lainnya, bisa ditafsirkan macam – macam. Kita pun sebenarnya bisa berimajinasi macam – macam tentang ending alternatif lainnya yang kira – kira cocok buat Run Lola Run.

Sebelum menonton Run Lola Run, sebaiknya pikiran benar – benar dibuka, agar hal – hal mustahil bisa dijejalkan masuk dengan bebas. Dengan begitu, kita bisa menikmati Run Lola Run dengan asyik, tanpa perlu terganggu dengan segala keanehannya. Dan dijamin, Anda akan tercengang betapa hidup kita, juga hidup pasangan Lola dan Manni dalam film ini bisa berubah sedemikian drastis hanya berkat “persinggungan” kecil dengan sesuatu atau seseorang.
.::Artikel Menarik Lainnya::.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

blogger templates | Make Money Online